Selasa, 01 Maret 2011

PEMELIHARAAN KESEHATAN

A. Makanan dan Gizi
“zat gizi (Nutrient) adalah ikatan kimia yang diperlukan oleh tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses kehidupan. Makanan adalah segala sesuatu yang dipergunakan oleh manusia agar bisa tetap hidup.” (Djumhana, et al, 2006:433),
Adapun zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh manusia berdasarkan struktur kimianya meliputi:
1. Karbohidrat = rantai karbon, hydrogen, dan oksigen.
2. Lemak / lipida = rantai karbon, oksigen, dan hydrogen.
3. Mineral = terdiri dari berbagai mineral yang merupakan unsur bebas.
4. Vitamin = senyawa organic yang fungsinya menyerupai hormone.
5. Air = bagian terpenting dalam tubuh dengan kandungan yang dibutuhkan sekitar 98%.
6. Protein = rantai dari karbon, oksigen, hydrogen, dan nitrogen.

1. Pengelompokan zat gizi menurut fungsinya.
a. Zat gizi energetika yaitu zat makanan yang dapat menghasilkan energy. Zat gizi energetika ini meliputi karbohidrat, protein, dan lemak. Energy yang diperoleh dinyatakan dalam satuan kalori. Adapun kadar kandungan energy yang di dapat dari bahan makanan adalah sebagai berikut:
1 gram karbohidrat menghasilkan energy sebesar 4,1 kalori.
1 gram lemak menghasilkan energy sebesar 9,3 kalori.
1 gram protein dapat menghasilkan energy sebesar 4,1 kalori.
b. Pembentuk sel dan jaringan tubuh yaitu protein, karbohidrat, lemak, mineral dan air. Berdasarkan fungsi di dalam tubuh, protein dibedakan menjadi:
1) Protein structural yaitu protein yang berperan sebagai pembangun struktur sel dan jaringan di dalam tubuh.
2) Protein fungsional yaitu protein yang berperan dalam pembangunan enzim yaitu sebagai biokatalisator.
c. Pelindung dan pengatur tubuh
1) Mineral.
a) Makro elemen (dibutuhkan dalam jumlah banyak)
Usur Fungsi Dampak Jika Kekurangan Sumber
Natrium Mengatur denyut jantung & kerja syaraf
Gangguan jantung & ginjal, lelah, kejang otot Daging, garam dapur, keju, mentega, sayuran hijau.
Kalium
Penyeimbang cairan tubuh, pengaruh kerja otot, & komponen dalam plasma darah Lemah otot, gangguan pernapasan & denyut jantung
Sayuran, buah-buahan & kecap.

Kalsium
Pembentuk tulang & gigi, pembekuan darah, penerimaan rangsang syaraf Pembekuan darah lambat, osteoporosis, susah besar, kejang otot Sayuran hijau, kol wortel, kacang, susu, daging, telur, mentega.
fospor
Pembentukan &perombakan zat, energi, & plasma sel. Osteoporosis, hilang nafsu makan, rakhitis, lesu, sakit tulang. Susu, sayuran hijau, biji-bijian.

Magnesium
Sintesis protein, pernafasan sel, pembentuk tulang & otot, memelihara saraf. Gangguan mental, emosi & otot, kerusakan jantung & ginjal. Polong-polongan, padi-padian, daging, susu.

Klor Penyeimbang tekanan osmotik tubuh, komponen asam lambung, pengatur enzim, transfer CO2 ke paru-paru. Hilangnya rambut & gigi, gangguan pencernaan, lesu.
Garam, daging, susu, telur.

Belerang Penyimpanan & pembebasan energi,peningkatan kerja enzim, pembekuan darah, pembangun vitamin tubuh. Belum diketahui Buah, sayur, kacang, telur.

b) Mineral mikro elemen (dibutuhkan dalam jumlah sedikit)
Unsur Fungsi Dampak jika kekurangan Sumber
Besi Komponen darah Anemia, lesu, pusing, kulit pucat. Sayur, buah, padi daging, hati, kuning telur, susu.
Yodium Mempercepat metabolism, pembentukan kelenjar tiroid. Gondokan, kemunduran fisik dan mental. Garam yodium, ikan laut.
Tembaga Komponen darah, enzim & protein, memelihara sistem syaraf & darah Anemia, gangguan syaraf & tulang, luka pada kulit
Polong-polongan, kismis, kacang, padi-padian, ginjal, hati, kerang.

Fluor Pelindung tulang &gigi, pelindung osteoporis, & perrodental Kerusajkan gigi yang berlebihan.
Pasta gigi berfluor

Seng Penyembuh luka, merawat kesehatan kulit, pembantu enzim pertumbuhan.
Pertumbuhan & penyembuhan luka lambat, kurang peka pada bau & rasa, kerdil, anemia. Makanan laut (tiram), hati, daging, telur, susu, gandum.


2) Vitamin
a) Vitamin yang larut dalam air
Vit Fungsi Dampak jika kekurangan Sumber
A Menjaga kesehatan kulit, regenerasi pada retina, pentumbuhan jaringan epitel.
Kebutaan, kulit kasar, lelah, radang mata, gangguan saluran pencernaan & pernafasan Mentega, kuning telur, hati, minyak ikan, susu, buah, sayur, wortel.
B1 Oksidasi karbohidrat
Beri-beri (radang syaraf & kerusakan jantung), badan lemah & depresi. Ragi, kecambah, kulit beras, bit, daging.
B2 Pembebasan energi makanan, perceparan rangsang ke syaraf mata,membantu pertumbuhan. Radang mulut, lidah, kulit, bibir, mata,dll
Buah segar, sayur, kacang, otak,ginjal,seledri,telur,mentega,hati,ragi,susu.
B3 Pembebas energi dalam makanan, sintesis hormon. Hilang nafsu makan, gangguan kerja otot, saraf & radang selaput pernafasan. Hati, daging, ragi, kentang, roti, ikan, beras.
B6 Metabolisme lemak & pembentukan darah. Anemia, radang kulit, depresi. Ikan, daging, sayur.

B7 Sintesis karbohidrat, merangsang pertumbuhan & metabolisme sel. Anemia, sakit otot & radang kulit.
Susu, hati, telur,


B11 Membentuk eritrosit, DNA & RNA Anemia, radang lidah, diare, lesu. Hati, ginjal, lobak, tomat, bayam, selada air.
B12 Sintesis asam amino & eritrosit
Radang & degenerasi saraf, anemia, lelah, sakit nafas. Susu, hati, ragi.

C Menjaga daya tahan tubuh, penurun kolestrol.
Pendarahan, radang gusi, lesu, kurang nafsu makan, cepat marah. Sayuran hijau segar, buah-buahan berwarna.

D Pengatur kalsium & fosfor darah, pembentuk tulang, pningkatan penyerapan makanan di usus, mengatur pertukaran zat dalam darah & tulang. rakhitis pada bayi, osteomalasia pada orang dewasa. Kulit manusia dalam bentuk pro.vitamin D.

E Membantu pembelahan sel, mencegah pendarahan.
Sel darah merah merah pecah, penimbunan di otot pada bayi.
Susu, telur, hati, kecambah, ragi, selada, lemak, bayam,apel, seledri.
K Membantu pembekuan darah, pembentuk protombin dalam hati. Pembekuan darah, & penyembuhan luka lambat, pendarahan. Terdapat dalam usus besar yang dibantu bakteri E. Colly.

3) Air
Air dalam tubuh membantu proses reaksi kmia, proses pencernaan makanan, menjaga suhu tubuh dan membuang zat sisa.
4) Oksigen
Oksigen membantu proses respirasi karbohidrat, protein, dan lemak untuk menghasilkan energy.

2. Penyakit akibat kekurangan kalori
a) Kwashiorkor (kekurangan protein) dengan tanda-tanda sebagai berikut:
1) Bengkak pada kaki dan tumit karena tumpukan cairan.
2) Gangguan pertumbuhan.
3) Perubahan kejiwaan,lemas dan lemah, cengeng dan susah makan.
4) Otot lemah dan tidak berkembang dengan baik.
b) Marasmus (kelaparan, kurang protein, kalori dan gizi) memiliki tanda-tanda sebagai berikut:
1) Otot mengecil, berat badan kurang dari 60% berat badan seharusnya.
2) Hampir tidak ada lemak di bagian bawah kulit.
3) Wajah seperti orang tua.
4) Kekurangan vitamin A, C, dan zat besi.
5) Anak sering diare sehingga mengalami dehidrasi.

3. Penyakit akibat kelebihan gizi
Makanan yang dikonsumsi harus seimbang, dalam arti memenuhi kebutuhan tubuh dan tidak berlebihan karena apabila kita mengkonsumsi gizi terlalu berlebihan akan mengakibatkan obesitas. Dari obesitas ini akan menimbulkan akibat berupa penyakit yang diantaranya adalah hipertensi, diabetes militus, jantung koroner, batu empedu dan lain-lain.

4. Tambahan pada makanan dan penyakit yang berasal dari makanan.
a) Makanan tambahan (food additif)
1) Zat pengawet:
- Asam : biasa terdapat pada sayur dan buah.
- Benzoate : biasa terdapat pada makanan asinan.
- Nitrit : pada daging dan ikan segar.
- Sulfur dioksida : pada sari buah dan cuka.
- Antibiotika : pada daging dan ikan yang langsung dibekukan.
- Asam sorbet.
- Sulfur.
2) Antioksidan: digunakan untuk mencegah tengik.
3) Pengemulsi dan pengental:
- Emulsivier: lachitin, agar, kalium sitrat, kalium glukonant.
- Thrdener: cmc, paktin, amilosa, gelatin.
4) Pemutih: benzoil peroksida, oksida nitrogen, klordioksida pada tepung, keju dan susu.
5) Pemanis: siklamat, sakarin, aspartan.
6) Pewarna:
- Alami: kunyit, pandan.
- Buatan:amaranth, azorubin, indigotin,
7) Penyedap: banzaldehida (rasa ceri), etil butirat (rasa nanas), metal antarnilat (rasa anggur), amil asetat (rasa pisang ambon), monosodium glutamate / vetsin (rasa gurih).
b) Gangguan akibat makanan tambahan yang dikonsumsi secara berlebihan:
1) Karsinogenik (pemicu kanker): siklamat, sakarin, bha, msg.
2) Reaksi hipersensitivitas: tartrazin (pewarna kuning), sulfur dioksida (SO2), msg.
3) Evek lain berupa kerusakan hemoglobin, penyimpangan jaringan atrovi, pengecilan testis.
c) Bahan pencemar / penyakit yang berasal dari makanan:
1) Mikotoksin (racun dari jamur)
- Trichoticones (berasal dari padi-padian) dapat menyebabkan diare, muntah-muntah, radang kulit, pendarahan, penyebab gangguan saraf oleh okratoksin, keram yang disebabkan oleh ergot, dan koreng yang disebabkan oleh ganggren.
- Aspergilus flavus (berasal dari roti busuk) dapat menghasilkan aflatoksin yang menyebabkan kanker.


2) Logam berat
- Merkuri / Hg berasal dari fungsisida pada padi-padian. Logam berat ini dapat mengakibatkan kerusakan otak dan sum-sum tulang belakang.
- Timbale / Pb berasal dari bahan bakar. logam ini dapat mengakibatkan kerusakan dan pembengkakan otak, kerusakan sum-sum tulang belakang, peningkatan cairan serebrospinal.
- Cadmium / Cd terdapat pada pigmen yag berasal dari keramik. Logam ini dapat mengakibatkan iritasi local, mual, muntah-muntah, dan pembengkakan paru-paru.

LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SD

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan
Dalam bimbingan dan konseling di SD terdapat variasi dari konseli tersebut baik dari sikap, tingkah laku, kognitif maupun segi yang lainnya. Hal tersebut tidak terlepas dari karaketeristik anak SD itu sendiri yang empunyai keunikan tersendiri dari satu individu dengan individu yang lainnya. Dalam mengembangkan anak tersebut terdapat beberapa karakteristik jika dilihat dari kemampuan dari anak tersebut baik anak berbakat maupun anak tidak berbakat. Berangkat dari itu semua muncul suatu permasalahan yang berkaitan dengan cara memberikan layanan bimbingan dan konseling untuk anak berbakat agar sesuai dengan kebutuhan anak tersebut.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari anak berbakat ?
2. Bagaimana karakteristik anak berbakat ?
3. Apa tanda yang dapat diamati dari anak berbakat ?
4. Apa ciri dari anak berbakat ?
5. Bagaimana bentuk layanan bimbingan dan konseling terhadap anak berbakat ?

1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling di SD.
2. Untuk memahami ciri anak berbakat dan bentuk layana untuk anak berbakat.
3. Menambah wawasan mengenai anak berbakat.
4. Untuk menambah wawasan tenatang karakteristik anak SD.
1.4 Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penyusun menggungan beberapa tekhnik metode untuk memperoleh berbagai informasi dan sumber materi yang relevan dengan materi penyusunan makalah ini dengan cara mencari mencari sumber buku dari perpustakaan dan internet.

























BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Anak Berbakat
Menurut Galton, keberbakatan adalah kemampuan alami yang luar biasa. Anak berbakat dapat diartikan sebagai anak-anak yang dapat membuktikan kemampuannya dalam bidang seperti intelektual, kreatif, artistik, kapasitas kepemimpinan atau akademik spesifik. Anak yang berbakat biasanya memiliki kelebihan-kelebihan yang nampak dalam salah satu atau lebih tanda-tanda berikut :
a. kemampuam inteligensi umum yang sangat tinggi yang ditunjukkan melaui psikotes dengan hasil rata-rata diatas 120
b. bakat istimewa dalam bidang tertentu, misalnya bidang bahasa, matematika, seni dan yang lainnya yang ditunjukkan dengan prestasi yang istimewa dibidang tersebut.
c. Kreatifitas yang tinggi dalam berpikir untuk menemukan suatu hal yang baru.
d. Kemampuan memimpin yang menonjol, yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan harapan kelompok.
e. Prestasi-prestasi yang istimewa dalam bidang seni.

2.2 Karakteristik Anak Berbakat
Sebagai makhluk social, anak berbakat mengalami pertunbuhan dan perkembangan yang sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat, pemikiran , sikap dan aktivitas. Ditinjau dari segi budaya anak berbakat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang dipengaruhi tingkat kebudayaan yang mereka dalam memperoleh pengalaman budaya.
Untuk mengenali karakteristik anak berbakat dapat dilihat dari beberapa segi, diantaranya :

a. Potensi
b. Cara mengahadapi masalah
c. Prestasi
Selain karakteristik anak berbakat juga dapat dilihat dari tanda-tanda umum dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Anak berbakat cenderung memiliki bakat istimewa yang sering kali memiliki tahap perkembangan yang tidak serentak, karena ia dapat hidup dalam berbagai usia perkembangan, misalnya anak usia 4 tahun dapat bemain dengan anak seusianya tetapi dalam kegiatan akademis seperti anak usia yang jauh dari usia sebenarnya. Mengapa hal ini terjadi?, hal ini terjadi karena anak berbakat cenderung mempuyai cara pemikiran yang berbeda dari teman-teman seusianya.

2.3 Pelayanan Anak Berbakat
Mengingat dari pernyataan sebelumnya bahwa anak berbakat memiliki kemampuan dan minat berbeda dari anak-anak sebayanya, maka tidak mudah memasukkan anak berbakat dalam sekolah tradisional, bercampur dari anak yang lainnya. Dengan kondidi tersebut dapat menyebabkan dampak negative yang dapat menimbulkan dua kerugian yaitu yang pertama anak berbakat akan frustasi karena tidak mendapat pelayanan yang seyogyanya sesuai dengan kebutuhan pelayanannya, sedangkan yang kedua, guru serta teman sekelasnay akan terganggu dengan prilaku dari anak berbaat tersebut. Untuk menghindari kemungkinan hal tersebut dapat diupayakan dengan melakukan pelayanan yang sesuai dengan anak berbakat, diantaranya :
a. menyelenggarakan akselerasi khusus
Akselerasi ini dapat dilakukan dengan mengadakan sutau program akselerasi “lompat kelas” artinya apabila anak berbakat tersebut dari kelas 1 tidak naik kelas ke kelas 2 melainkan langsung ke kelas 3.


b. Home Schooling
Home schooling dapat diartikan pendidikan diluar dari pendidikan formal sekolah. Hal ini dilakukan untuk emberikan pendidikan tambahan yang dilakukan di Rumah anak tersebut. Dalam pelaksanaannya program ini tidak bias diakukan oleh tenaga ahlil yang tidak berkompeten.
c. Meyelenggarakan kelas tradisional
Mesekipun tradisonal tetapi dalam pelaksanaannya harus optimal dengan cara menyelengarakan pendidikan dengan hanya terdapat 20 orang dalam kelas dengan menggunakan pendekatan individual, yang menuntut anak didiknya untuk mempelajari suatu pebelajaran sesuai dengan ritmenya.
d. Membangun kelas khusus untuk anak berbakat.
Dalam membangun keals ini diperlukan anak-anak yang mempunyai karakteristik kemampuan yang kurang lebih sama. Pengembangan kurikulumnya juga khusus dirancang tersendiri sesuai dengan kebutuhan anak tersebut.

2.4 Pelayanan Bimbingan dan Konseling Terhadap Anak Berbakat
Dalam menangani anak berbakat di Sekolah Dasar, diperlukan bimbingan dan konseling yang lebih ditekankan dan diupayakan terdapat pengembangan kecakapan hidup sehari-hari, merupakan intervensi tidak langsung yang lebih terfokus dalam upaya mengembangkan lingkungan perkembangan yang akan melibatkan banyak pihak terutama guru pendidikan khusus, sedangkan layanan bimbingan dan konseling pada dasarnya sama denagn pelayan umum lainnya. Dalam hal ini konselor berperan sebagai asesmen keberbakatan dan memilih alternatif pengembangan keberbakatan, yang tidak hanya dalam pengertian intelektual saja tetapi juga keberbakatan yang lainnya, seperti dalam bidang olahraga, seni, dan sebagainya.



BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Anak berbakat adalah anak yang mempunyai kemampuan yang berbeda dengan anak lainnya yang sebaya. Dengan adanya anak berbakat didalam suatu kelas akan menimbulkan suatu variasi karakteristik anak di SD. Untuk menjaga keselarasan anak berbakat dengan anak yang lainnya diperlukan layanan khusus untuk anak tersebut, bahkan seandainya memungkinkan dilaksanaknnya suatu program pendidikan yang didalamnya terdapat semua anak berbakat denga pembelajaran yang khusus dengan menggunakan kurikulum tersendiri yang dirancang secara khusus, dengan memperhatikan kebutuhan anak berbakat tersebut.

3.2 Saran
Dalam pengambangan individu terdapat suatu keunikan tersendiri dari setiap peserta didik. Untuk mengembangkan anak ini diperlukan bimbingan dan peran yang menyeluruh baik orang tua, guru, konseli, dan seluruh pihak yang terkait dalam instansi tersebut, untuk menumbuhkembangkan secara sehat serata perlu adanya pelayanan bimbingan dan konseling secara khusus untuk anak tersebut.

OBSERVASI SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN B

BAB I
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Sekolah
Pada tahun 1994 didirikan Sekolah Luar Biasa (SLB) di daerah Sukapura oleh sekumpulan Guru lulusan Pendidikan Guru Luar Biasa (PGLB). Pada waktu itu daerah Sukapura tersebut merupakan daerah tertinggal dan terdapat banyak Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) baik tuna rungu maupun tuna grahita, maka didirikanlah SLB bagian B dan SLB bagian C. Pada tahun 2003 SLB-C memisahkan diri kemudian SLB-B menetap di Sukapura dan mendapatkan izin operasional tetapi masih menempati tanah milik KODAM, sedangkan hak bangunan milik SLB-B. Tahun 2006 SLB-B Sukapura diakreditasi dan mendapatkan predikat B. Sampai dengan sekarang SLB ini masih terus melaksanakan kegiatannya dan terus berkembang seiring dengan bertambahnya waktu.

B. Karakteristik Anak Tuna Rungu
1. Dalam Aspek Akademik
Keterbatasan dalam kemampuan berbicara, berbahasa, dan mendengar mengakibatkan anak tuna rungu cenderung memiliki prestasi yang rendah dalam mata pelajaran yang bersifat verbal dan cenderung sama dalam mata pelajaran yang bersifat non verbal dengan anak normal seusianya.
2. Dalam Aspek Sosial-Emosional
a. Pergaulannya terbatas dengan sesama tuna rungu, karena mereka memiliki keterbatasan dalam kemampuan berkomunikasi
b. Sifatnya cenderung egois yang ditunjukkan dengan sukarnya mereka menempatkan diri pada situasi berfikir dan perasaan orang lain, sukarnya menyesuaikan diri
c. Perasaan takut terhadap lingkungan sekitar yang menyebabkan mereka tergantung pada orang lain serta kurang percaya diri
d. Memiliki sifat polos
e. Cepat marah dan mudah tersinggung.
3. Dalam Aspek Fisik atau Kesehatannya
a. Jalannya kaku dan agak membungkuk
b. Gerak matanya lebih cepat
c. Gerakan tangannya cepat
d. Pernafasannya pendek
e. Dalam aspek kesehatan, pada umumnya sama dengan orang normal lainnya.
C. Klasifikasi Ketunarunguan
1. Berdasarkan Tingkat Kehilangan Pendengaran
a. Tuna rungu ringan (Mild Hearing Loss)
b. Tuna rungu sedang (Moderate Hearing Loss)
c. Tuna rungu agak berat (Moderately Severe Hearing Loss)
d. Tuna rungu berat (Severe Hearing Loss)
e. Tuna rungu berat sekali (Profound Hearing Loss)
2. Berdasarkan Saat Terjadinya
a. Tuna rungu prabahasa
b. Tuna rungu pasca bahasa
3. Berdasarkan Letak Gangguan Pendengaran Secara Anatomis
a. Tuna rungu type konduktif
b. Tuna rungu type sensorineural
c. Tuna rungu type campuran
4. Berdasarkan Asal-usulnya
a. Tuna rungu endogen
b. Tuna rungu eksogen

D. Latar Belakang Ekonomi Para Siswa
Pada umumnya latar belakang ekonomi para siswa di SLB-B Sukapura bersal dari keluarga menengah ke bawah, namun ada juga yang berasal dari keluarga menengah ke atas. Di SLB-B Sukapura ini tidak ditentukan berapa besar uang bulanan yang harus dibayar. Berdasarkan hasil observasi kami, ada 10 orang tua siswa yang membayar uang bulanan sebesar Rp 35.000/bulan, 10 orang tua siswa tidak membayar uang bulanan, dan dua orang tua siswa yang membayar uang bulanan sebesar Rp 85.000.
E. Latar Belakang Pendidikan Para Staf Pengajar
Di SLB-B Sukapura ini terdapat sembilan orang pengajar. Empat diantaranya sudah menjadi pegawai negeri sipil dan pengajar yang lainnya masih honorer. Semua staf pengajar di SLB-B ini merupakan lulusan Pendidikan Guru Luar Biasa (PGLB) UPI.
F. Kurikulum yang Digunakan
Untuk kurikulum yang digunakan SLB-B sama dengan SLB-A dan SLB-D. sedangkan SLB lainnya disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik.
G. Pembagian Kelas
Pembagian kelas pada SLB-B ini sama dengan sekolah pada umumnya, namun yang membedakan adalah adanya kelas observasi. Kelas observasi ini merupakan kelas di mana anak diidentifikasi untuk mengetahui jenjang pendidikan yang sesuai untuknya. Lamanya kelas observasi bergantung kepada kemampuan individu siswa. Semakin siswa memiliki kecakapan, semakin cepat pula siswa tersebut memasuki kelas dasar, begitu pun juga sebaliknya. Kelas observasi ini dilaksanakan maksimal dua tahun.
H. Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar di SLB-B ini pada umumnya sama seperti sekolah pada umumnya, namun yang membedakan adalah cara guru dalam menyampaikan materi harus ekspresif dan pelafalan bibir guru harus jelas.

1. Media
Media yang digunakan dalam pembelajaran sama dengan sekolah pada umumnya, namun ada media yang khusus digunakan dalam pembelajaran di SLB-B ini, yaitu alat bantu dengar dan Kamus Besar Bahasa Isyarat.
2. Metode
Metode yang digunakan sama dengan sekolah pada umumnya, namun ada metode yang khusus digunakan dalam pembelajaran di SLB-B ini, yaitu metode percakapan dan metode bubbling atau pelafalan.
a. Metode Percakapan
Metode percakapan merupakan metode yang bertujuan untuk melatih siswa agar mampu mengucapkan kata atau kalimat.
b. Metode Bubbling atau Pelafalan
Metode bubbling atau pelafalan merupakan metode yang bertujuan untuk melatih siswa agar mampu memahami kata atau kalimat.
3. Insinstrumen Evaluasi
Instrumen evaluasi yang digunakan untuk mengevaluasi pembelajaran yang ada di SLB-B ini sama dengan sekolah pada umumnya, yaitu berupa soal-soal ujian baik berupa pilihan ganda, isian maupun uraian. Adapun isi dari soal-soal tersebut tentunya disesuaikan dengan kurikulum yang digunakan oleh SLB-B Sukapura ini.
4. Kendala-kendala
Kendala-kendala yang sering dirasakan oleh para staf pengajar diantaranya adalah kesulitan dalam hal komunikasi dengan para peserta didik, emosi anak yang sulit dikontrol, dan kendala dalam hal finansial. Berhubung SLB-B ini merupakan sebuah yayasan maka biaya pendidikannya pun tidak ditentukan jumlahnya hanya disesuaikan dengan kemampuan ekonomi dari tiap orang tua siswa. Namun menurut hasil observasi kami, SLB-B ini mendapatkan bantuan operasional dari pemerintah.
I. Cara Berkomunikasi
1. Macam metode berkomunikasi
- Membaca ujaran (speech reading),
memahami percakapan dengan bunyi ujaran yang dapat tertampak oleh bibir
- Belajar bahasa melalui pendengaran, memahami percakapan dengan bantuan alat dengar.
- Belajar bahasa secara manual, memahami percakapan secara manual seperti interaksi pada orang-orang normal disekitarnya.
2. Guru dengan Siswa
Komunikasi yang terjadi antara guru dengan siswa adalah dengan menggunakan bahasa isyarat berupa gerakan-gerakan tangan yang memiliki arti khusus dari tiap gerakannya.
3. Siswa dengan Siswa
Komunikasi yang terjadi antar siswa adalah dengan menggunakan bahasa isyarat juga. Dan komunikasi ini bisa terjadi jika siswa bertatap muka secara langsung dengan lawan bicaranya.
J. Upaya Sekolah dalam Mengembangkan Potensi Siswa
1. Akademik
dalam bidang akademik, beberapa upaya sekolah dalam mengembangkan potensi yang dimiliki siswa. Upaya tersebut berupa pelatihan dan pengeyaan yang diberikab kepada siswa setelah kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal ini dapat membantu siswa dalam mengembangkan pula kemampuan intelektual khususnya pada keterampilan membaca dengan memperbanyak struktur kata sehingga anak mampu berinteraksi dengan orang tanpa keterbatasan bahasa atau bunyi-bunyi.


2. Bidang Kesenian
Dalam bidang kesenian, ada banyak upaya sekolah dalam mengembangkan potensi yang dimiliki siswa. Upaya tersebut berupa kegiatan yang diselipkan dalam kegiatan pembelajaran. Upaya yang diselipkan dalam kegiatan belajar adalah berupa kegiatan seni tari. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Sabtu. Seni tari yang diajarkan di SLB-B ini adalah tari Jaipong.
Selain tari-tarian, kegiatan lain yang ada di SLB-B ini adalah berupa seni musik. Hal ini dapat terlihat dari berbagai alat musik yang ada di salah satu ruangan khusus. Alat-alat yang ada di SLB-B ini misalnya angklung, drum, rebana, dan gitar.
3. Sulam
Kegiatan lain yang ada di SLB-B ini adalah menyulam. Saat kami melakukan observasi, di sana kami melihat hasil sulaman para siswa yang sudah dipajang di dalam kelas dan di setiap lorong kelas.
4. Pramuka
Kegiatan yang satu ini merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SLB-B Sukapura. Menurut info yang kami dapat dari hasil observasi, para anggota pramuka SLB-B Sukapura ini pernah mengikuti kegiatan Raymuna yang dikhususkan untuk anak cacat.
5. Menjahit
Kegiatan menjahit merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang memberikan wahana kepada siswa dalam mengembangkan aspek psikomotornya khususnya bagi siswa perempuan. Tersedianya sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan ini seperti ruangan khusus dan mesin jahit itu sendiri. Siswa diberi pengetahuan dalam membentuk pola baju hingga menjadi sebuah pakaian jadi.
K. Program Layanan Bimbingan
1. Ditinjau dari segi jenisnya
2. Ditinjau dari segi tempat sistem pendidikan
3. Ditinjau dari segi strategi pembelajaran
4. Ditinjau dari segi fungsi dan tujuan evaluasi dalam pembelajaran

L. Layanan Bimbingan Karir
Program layanan yang ada di SLB ini berupa program layanan yang lebih dikhususkan pada keterampilan, diantaranya adalah:
1. Kegiatan pramuka
2. Seni tari yang dilaksanakan setiap hari sabtu
3. Keterampilan menyulam
4. Keterampilan menjahit
5. Seni musik

M. Penyebab Terjadinya ketunarunguan Berdasarkan Waktu Terjadinya
1. Penyebab Prenatal
Yaitu penyebab yang beraksi sebelum kelahiran. Artinya, pada waktu janin masih berada dalam kandungan, mungkin sang ibu terserang virus,virus rubella,mengalami trauma atau salah minum obat,yang semuanya ini berakibat bagi munculnya kelainan pada bayi.
2. Penyebab Natal
Yaitu penyebab yang muncul pada saat atau waktu proses kelahiran, seperti terjadinya benturan atau infeksi ketika melahirkan, proses kelahiran dengan penyedotan dll.
3. Penyebab Postnatal
Yaitu penyebab yang muncul setelah kelahiran, misalnya kecelakaan, jatuh atau terkena penyakit tertentu.

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan bermasyarakat sangat erat kaitanya dengan unsur pembentuk masyarakat itu sendiri yaitu manusia. Masyarakat adalah sekelompok orang atau individu yang menempati suatu wilayah dan secara sadar membentuk sistem masyarakat yang terdiri dari budaya, bahasa, dan aturan-aturan lainnya yang di sepakati bersama.
Kehidupan manusia terus berkembang dan tidak akan pernah berhenti. Manusia sebagai mahluk hidup terus mengalami perubahan-perubahan baik dalam kehidupan sosial, budaya maupun teknologi. Segala sesuatu yang terjadi di alampun tak lepas dari peran manusia.
Manusia adalah mahluk ciptaan tuhan dengan kelebihan yang dimilikinya. Tuhan menciptakan manusia menjadi khalifah di dunia ini khususnya memimpin dirinya sendiri. Manusia adalahmakhluk sosial yang tunduk pada hal-hal yang berada di luar dirinya, baik itu nilai, norma, dan hukum. Di sisi lain manusia sebagai makhluk individu adalah perpaduan antara aspek-aspek yang tidak dapat dipisahkan baik itu aspek jasmani dan rohani, aspek pembawaan genotif dan aspek penotif.
Di dalam makalah ini akan diterangkan mengenai manusia sebagai mahluk individu. Penyaji harapkan materi yang ada di dalam makalah ini akan memberikan pengetahuan yang luas kepada para pembaca sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya.






B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini masalah- masalah yang akan dibahas dari penyaji, yaitu
1. Apa yang dimaksud dengan manusia sebagai mahluk individu?
2. Bagaimana pengembangan dan pertumbuhan manusia sebagai mahluk individu?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan individu?
4. Bagaimana tahap perkembangan individu berdasarkan pandangan psikologi?

C. Tujuan
Dalam penyusunan makalah ini terdapat beberapa tujuan diantaranya yaitu
1. Mengetahui pengertian manusia sebagia mahluk individu
2. Mengetahui perkembangan dan pertumbuhan individu
3. Mengetahui faktor pertumbuhan individu
4. Mengetahui tahapan perkembangan individu dalam pandangan psikologi

D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini menggunakan metode kualitatif, kepustakaan dan deskriptif. Metode kualitatif adalah suatu metode yang dalam penyusunan makalah dengan cara mengumpulkan data- data yang dapat membantu dalam penyelesaian masalah tersebut. Metode kepustakaan adalah suatu metode yang dalam penyusunan makalah dengan cara mengumpulkan data- data dari buku- buku yang berasal dari perpustakaan atau buku sumber sendiri. Metode deskriptif adalah suatu metode yang dalam penyusunan makalah menggunakan konsep penggambaran data- data yang telah ada.























BAB II
PEMBAHASAN

1. Manusia Sebagai Makhluk Individu
Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium yang berarti yang tak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan tak terbatas.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individi ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana eorang individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih besar.
Karakteristik yang khas dari seseorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan genotip)dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.
Menurut Nursid Sumaatmadja (2000), kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fiskal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan. Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang.

2. Perkembangan dan Pertumbuhan Manusia Sebagai Mahluk Individu
Sebagai makhluk individu yang menjadi satuan terkecil dalam suatu organisasi atau kelompok, manusia harus memiliki kesadaran diri yang dimulai dari kesadaran pribadi di antara segala kesadaran terhadap segala sesuatu. Kesadaran diri tersebut meliputi kesadaran diri di antara realita, self-respect, self-narcisme, egoisme, martabat kepribadian, perbedaan dan persamaan dengan pribadi lain, khususnya kesadaran akan potensi-potensi pribadi yang menjadi dasar bagi self-realisation.
Sebagai makhluk individu, manusia memerlukan pola tingkah laku yang bukan merupakan tindakan instingtif belaka. Manusia yang biasa dikenal dengan Homo sapiens memiliki akal pikiran yang dapat digunakan untuk berpikir dan berlaku bijaksana. Dengan akal tersebut, manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam dirinya seperti, karya, cipta, dan karsa. Dengan pengembangan potensi-potensi yang ada, manusia mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia seutuhnya yaitu makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
Perkembangan manusia secara perorangan pun melalui tahap-tahap yang memakan waktu puluhan atau bahakan belasan tahun untuk menjadi dewasa. Upaya pendidikan dalam menjadikan manusia semakin berkembang. Perkembangan keindividualan memungkinkan seseorang untuk mengmbangkan setiap potensi yang ada pada dirinya secara optimal.
Sebagai makhluk individu manusia mempunyai suatu potensi yang akan berkembang jika disertai dengan pendidikan. Melalui pendidikan, manusia dapat menggali dan mengoptimalkan segala potensi yang ada pada dirinya. Melalui pendidikan pula manusia dapat mengembangkan ide-ide yang ada dalam pikirannya dan menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari yang dapat meningkatkan kualitas hidup manusia itu sendiri
Perkembangan manusia yang wajar dan normal harus melalui proses pertumbuhan dan perkembangan lahir batin. Dalam arti bahwa individu atau pribadi manusia merupakan keseluruhan jiwa raga yang mempunyai ciri-ciri khas tersendiri. Timbul berbagai pendapat dari berbagai aliran mengenai pertumbuhan. Menurut para ahli yang menganut aliran asosiasi berpendapat, bahwa pertumbuhan pada dasarnya adalah proses asosiasi. Proses asosiasi yaitu terjadinya perubahan pada seseorang tahap demi tahap karena pengaruh timbal balik dari pengalaman atau empiri luar melalui pancaindera yang menimbulkan sensasi maupun pengalaman dalam mengenal keadaan batin sendiri yang menimbulkan sensation.

3. Faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan manusia
• Pendirian Nativistik. Para ahli dari golongan ini berpendapat bahwa pertumbuhan itu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir
• Pendirian Empiristik dan environmentalistik. Pendirian ini berlawanan dengan pendapat nativistik, mereka menganggap bahwa pertumbuhan individu semata-mata tergantung pada lingkungan sedang dasar tidak berperan sama sekali.
• Pendirian konvergensi dan interaksionisme. Aliran ini berpendapat bahwa interaksi antara dasar dan lingkungan dapat menentukan pertumbuhan individu.

4. Tahapan Pertumbuhan Manusia Sebagai Mahluk Individu (berdasarkan pandangan psikologi)
Tahap pertumbuhan individu berdasarkan psikologi
• Masa vital yaitu dari usia 0.0 sampai kira-kira 2 tahun.
• Masa estetik dari umur kira-kira 2 tahun sampai kira-kira 7 tahun
• Masa intelektual dari kira-kria 7 tahun sampai kira-kira 13 tahun atau 14 tahun
• Masa sosial, kira-kira umur 13 atau 14 tahun sampai kira-kira 20 – 21 tahun





























BAB III
PENUTUP


A. KESIMPULAN
Dari uraian diatas, kami sebagai penyusun dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1. Individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tidak dapat dibagi, melainkan sebagi kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perseorangan.
2. Perkembangan manusia secara perorangan pun melalui tahap-tahap yang memakan waktu puluhan atau bahakan belasan tahun untuk menjadi dewasa. Upaya pendidikan dalam menjadikan manusia semakin berkembang. Perkembangan keindividualan memungkinkan seseorang untuk mengmbangkan setiap potensi yang ada pada dirinya secara optimal.
3. Faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan manusia sebagai mahluk individu diantaranya yaitu, nativisme, empirisme, dan konvergensi.
4. Manusia sebagai mahluk individu memiliki tahapan- tahapan perkembangan psikologi.

B. SARAN
Manusia sebagai mahluk individu yang memiliki potensi berfikir. Dengan potensi yang dimilikinya itu sebaiknya manusia yang berperan sebagai satu individu dapat memaksimalkan segala kemampuannya untuk kemaslahatan dirinya sendiri dan untuk masyarakat luas lainnya.







DAFTAR PUSTAKA

http://apadefinisinya.blogspot.com/2009/01/manusia-sebagai-makhluk-individu-dan.html

http://www.scribd.com/doc/32753113/Manusia-Sebagai-Makhluk-Individu-Dan-Makhluk-Sosial

http://guruit07.blogspot.com/2009/01/pengembangan-manusia-sebagai-makhluk.html
http://yogieadiputra.wordpress.com/2010/10/30/manusia-sebagai-makhluk-individu-dan-sosial/
http://sosial-budaya.blogspot.com/2009/05/manusia-sebagai-makhluk-individu.htm

http://www.kadnet.info/web/index.php?option=com_content&view=article&id=1987:pengembangan-manusia-sebagai-makhluk-individu-sosial-susila-dan-religius&catid=51:supplement&Itemid=65

Kamis, 24 Februari 2011

KESULITAN BELAJAR DAN BIMBINGAN BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap anak memiliki kemampuan atau kelebihan yang berbeda-beda begitu pula dengan kekurangan atau ketidak mampuannya. Dari berbagai kekurangan atau ketidak mampuan itu, akan menjadi masalah bagi anak tersebut.
Anak berbakat atau berpotensi masih memerlukan bimbingan, apalagi anak yang mengalami kesulitan belajar. Ia lebih membutuhkan seseorang yang dapat memahami serta menghargai kekurangan dan ketidak mampuannya atau orang yang mampu memecahkan masalah yang sedang dihadapinya karena sifat dasar anak yang berbeda-beda baik temperamennya, gaya, sikap, maupun emosinya. Kita sebagai calon pendidik dan pembimbing sekaligus orang tua mereka, harus mengetahui apa yang terjadi pada anak didik kita yang mempunyai kesulitan belajar. Selain itu kita juga harus mengetahui bagaimana cara memberikan bimbingan yang tepat kepada mereka. Untuk itu, dalam makalah ini kita akan membahas tentang kesulitan belajar, perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar, bimbingan belajar, fungsi bimbingan belajar, dan juga tujuan bimbingan belajar.

1.2 Rumusan Masalah
Dalam menyusun makalah ini, agar lebih terarah maka kami selaku penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut :
1 Apa saja langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam prosedur bimbingan belajar?
2 Perilaku apa saja yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar?
3 Apa saja fungsi bimbingan belajar?
4 Apa saja tujuan dari adanya bimbingan belajar?



1.3 Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku penulis menggunakan metode “deskriptif” yaitu dengan menggunakan studi pustaka dan mengumpulkan informasi atau data dari beberapa buku dan browsing dari internet.





















BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kesulitan Belajar
2.1.1 Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar merupakan keadaan dimana anak didik atau siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar merupakan kekurangan yang tidak tampak secara lahiriah. Ketidak mampuan dalam belajar tidak dapat dikenali dalam wujud fisik yang berbeda dengan orang yang tidak mengalami masalah kesulitan belajar. Kesulitan belajar tidak selalu disebabkan karena faktor inteligensi yang rendah, akan tetapi dapat juga disebabkan karena faktor lain di luar inteligensi.
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.
Kesulitan belajar siswa mencakup pengetian yang luas, diantaranya :
1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
2. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
3. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
4. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
Siswa yang mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam pengertian di atas akan tampak dari berbagai gejala yang dimanifestasikan dalam perilakunya, baik aspek psikomotorik, kognitif, konatif maupun afektif .Beberapa perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain :
a. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah.
c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.
d. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.
e. Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya.
f. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.
Sementara itu, Burton (Abin Syamsuddin. 2003) mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan belajar. Menurut dia bahwa siswa dikatakan gagal dalam belajar apabila :
1. Dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan materi (mastery level) minimal dalam pelajaran tertentu yang telah ditetapkan oleh guru (criterion reference).
2. Tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang dimilikinya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam under achiever.
3. Tidak berhasil tingkat penguasaan materi (mastery level) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learner atau belum matang (immature), sehingga harus menjadi pengulang (repeater).
2.1.2 Hal-hal yang Menentukan Kegagalan atau Keberhasilan Belajar
Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka diperlukan kriteria sebagai batas atau patokan, sehingga dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas dimana siswa dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Terdapat empat ukuran dapat menentukan kegagalan atau kemajuan belajar siswa :
1. Tujuan Pendidikan.
Dalam keseluruhan sistem pendidikan, tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen pendidikan yang penting, karena akan memberikan arah proses kegiatan pendidikan. Segenap kegiatan pendidikan atau kegiatan pembelajaran diarahkan guna mencapai tujuan pembelajaran. Siswa yang dapat mencapai target tujuan-tujuan tersebut dapat dianggap sebagai siswa yang berhasil. Sedangkan, apabila siswa tidak mampu mencapai tujuan-tujuan tersebut dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar. Untuk menandai mereka yang mendapat hambatan pencapaian tujuan pembelajaran, maka sebelum proses belajar dimulai, tujuan harus dirumuskan secara jelas dan operasional. Selanjutnya, hasil belajar yang dicapai dijadikan sebagai tingkat pencapaian tujuan tersebut. Secara statistik, berdasarkan distribusi normal, seseorang dikatakan berhasil jika siswa telah dapat menguasai sekurang-kurangnya 60% dari seluruh tujuan yang harus dicapai. Namun jika menggunakan konsep pembelajaran tuntas (mastery learning) dengan menggunakan penilaian acuan patokan, seseorang dikatakan telah berhasil dalam belajar apabila telah menguasai standar minimal ketuntasan yang telah ditentukan sebelumnya atau sekarang lazim disebut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sebaliknya, jika penguasaan ketuntasan di bawah kriteria minimal maka siswa tersebut dikatakan mengalami kegagalan dalam belajar. Teknik yang dapat digunakan ialah dengan cara menganalisis prestasi belajar dalam bentuk nilai hasil belajar.
2. Kedudukan dalam Kelompok.
Kedudukan seorang siswa dalam kelompoknya akan menjadi ukuran dalam pencapaian hasil belajarnya. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar, apabila memperoleh prestasi belajar di bawah prestasi rata-rata kelompok secara keseluruhan. Misalnya, rata-rata prestasi belajar kelompok 8, siswa yang mendapat nilai di bawah angka 8, diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Dengan demikian, nilai yang dicapai seorang akan memberikan arti yang lebih jelas setelah dibandingkan dengan prestasi yang lain dalam kelompoknya. Dengan norma ini, guru akan dapat menandai siswa-siswa yang diperkirakan mendapat kesulitan belajar, yaitu siswa yang mendapat prestasi di bawah prestasi kelompok secara keseluruhan. Secara statistik, mereka yang diperkirakan mengalami kesulitan adalah mereka yang menduduki 25 % di bawah urutan kelompok, yang biasa disebut dengan lower group. Dengan teknik ini, kita mengurutkan siswa berdasarkan nilai nilai yang dicapainya. dari yang paling tinggi hingga yang paling rendah, sehingga siswa mendapat nomor urut prestasi (ranking). Mereka yang menduduki posisi 25 % di bawah diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Teknik lain ialah dengan membandingkan prestasi belajar setiap siswa dengan prestasi rata-rata kelompok. Siswa yang mendapat prestasi di bawah rata – rata kelompok diperkirakan pula mengalami kesulitan belajar.
3. Tingkat Pencapaian Hasil Belajar Dibandingkan dengan Potensi.
Perbandingan antara potensi dan prestasi prestasi belajar yang dicapai seorang siswa akan tergantung dari tingkat potensinya, baik yang berupa kecerdasan maupun bakat. Siswa yang berpotensi tinggi cenderung dan seyogyanya dapat memperoleh prestasi belajar yang tinggi pula. Sebaliknya, siswa yang memiliki potensi yang rendah cenderung untuk memperoleh prestasi belajar yang rendah pula. Dengan membandingkan antara potensi dengan prestasi belajar yang dicapainya kita dapat memperkirakan sampai sejauhmana dapat merealisasikan potensi yang dimikinya. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar, apabila prestasi yang dicapainya tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Misalkan, seorang siswa setelah mengikuti pemeriksaan psikologis diketahui memiliki tingkat kecerdasan (IQ) sebesar 120, termasuk kategori cerdas dalam skala Simon & Binnet. Namun ternyata hasil belajarnya hanya mendapat nilai angka 6, yang seharusnya dengan tingkat kecerdasan yang dimikinya dia paling tidak dia bisa memperoleh angka 8. Contoh di atas menggambarkan adanya gejala kesulitan belajar, yang biasa disebut dengan istilah underachiever.
4. Kepribadian
Hasil belajar yang dicapai oleh seseorang akan tercerminkan dalam seluruh kepribadiannya. Setiap proses belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam aspek kepribadian. Siswa yang berhasil dalam belajar akan menunjukkan pola-pola kepribadian tertentu, sesuai dengan tujuan yang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Siswa diakatan mengalami kesulitan belajar, apabila menunjukkan pola-pola perilaku atau kepribadian yang menyimpang dari seharusnya, seperti : acuh tak acuh, melalaikan tugas, sering membolos, menentang, isolated, motivasi lemah, emosi yang tidak seimbang dan sebagainya.
2.2 Bimbingan Belajar
2.2.1 Pengertian Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan upaya guru untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajarnya. Bimbingan belajar juga dapat diartikan sebagai proses pemberian bantuan dari guru atau guru pembimbing kepada siswa agar terhindar dari kesulitan belajar yang mungkin muncul selama proses pembelajaran, sehingga siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
2.2.2 Langkah-langkah Prosedur Bimbingan Belajar
Secara umum, prosedur bimbingan belajar dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1. Identifikasi kasus.
Identifikasi kasus merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga memerlukan layanan bimbingan belajar. Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi siswa yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan belajar, yakni :
a. Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan siswa yang benar-benar membutuhkan layanan bimbingan.
b. Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa. Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya.
c. Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya.
d. Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi siswa.
5. Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosial
2. Identifikasi Masalah.
Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar, permasalahan siswa dapat berkenaan dengan aspek :
a. substansial – material;
b. struktural – fungsional;
c. behavioral; dan
d. personality.
Untuk mengidentifikasi masalah siswa, Prayitno dkk. telah mengembangkan suatu instrumen untuk melacak masalah siswa, dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini sangat membantu untuk mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi siswa, seputar aspek :
a. jasmani dan kesehatan;
b. diri pribadi;
c. hubungan sosial;
d. ekonomi dan keuangan;
e. karier dan pekerjaan;
f. pendidikan dan pelajaran;
g. agama, nilai dan moral;
h. hubungan muda-mudi;
i. keadaan dan hubungan keluarga; dan
j. waktu senggang.


3. Diagnosis.
Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-faktor yang penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out put belajarnya. W.H. Burton membagi ke dalam dua bagian faktor – faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar siswa, yaitu :
a. faktor internal yaitu faktor yang besumber dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya; dan
b. faktor eksternal, seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.
4. Prognosis.
Langkah ini untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami siswa masih mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya, Hal ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah kedua dan ketiga. Proses mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih dahulu dilaksanakan konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang kompeten untuk diminta bekerja sama menangani kasus - kasus yang dihadapi.
5. Remedial atau referal (Alih Tangan Kasus).
Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan dengan sistem pembelajaran dan masih masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru atau guru pembimbing, pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri. Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka selayaknya tugas guru atau guru pembimbing sebatas hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten.
6. Evaluasi dan Follow Up.
Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan masalah seyogyanya dilakukan evaluasi dan tindak lanjut, untuk melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi siswa.
2.2.3 Kriteria-kriteria Keberhasilan Layanan Bimbingan Belajar.
Berkenaan dengan evaluasi bimbingan, Depdiknas telah memberikan kriteria-kriteria keberhasilan layanan bimbingan belajar, yaitu :
a. Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh siswa berkaitan dengan masalah yang dibahas;
b. Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui layanan, dan
c. Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah yang dialaminya.
Sementara itu, Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan beberapa kriteria dari keberhasilan dan efektivitas layanan yang telah diberikan, yaitu apabila:
1 Siswa telah menyadari (to be aware of) atas adanya masalah yang dihadapi.
2 Siswa telah memahami (self insight) permasalahan yang dihadapi.
3 Siswa telah mulai menunjukkan kesediaan untuk menerima kenyataan diri dan masalahnya secara obyektif (self acceptance).
4 Siswa telah menurun ketegangan emosinya (emotion stress release).
5 Siswa telah menurun penentangan terhadap lingkungannya
6 Siswa mulai menunjukkan kemampuannya dalam mempertimbangkan, mengadakan pilihan dan mengambil keputusan secara sehat dan rasional.
7 Siswa telah menunjukkan kemampuan melakukan usaha –usaha perbaikan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya, sesuai dengan dasar pertimbangan dan keputusan yang telah diambilnya.
2.2.4 Fungsi Layanan Bimbingan Belajar.
Fungsi bimbingan belajar antara lain :
1 Mencegah kemungkinan timbulnya masalah dalam belajar;
2 Menyalurkan siswa sesuai dengan bakat dan minatnya sehingga dapat berkembang secara optimal;
3 Agar siswa dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar;
4 Perbaikan terhadap kondisi-kondisi yang mengganggu proses belajar siswa; dan
5 Upaya untuk mempertahankan serta meningkatkan potensi belajar siswa.
2.2.5 Tujuan Layanan Bimbingan Belajar.
Tujuan bimbingan belajar antara lain :
1 Tujuan secara umum
Secara umum, tujuan bimbingan belajar adalah agar tercapainya penyesuaian akademik siswa sehingga dapat mengembangkan potensinya secara optimal.
2 Tujuan secara khusus
Secara khusus, tujuan bimbingan belajar antara lain adalah sebagai berikut :
a. Siswa dapat mengenal, memahami, menerima, mengarahkan dan mengaktualisasi potensi yang ada pada dirinya secara optimal;
b. Mengembangkan berbagai ketrampilan belajar;
c. Memahami lingkungan pendidikan; dan
d. Mengembangkan suasana belajar yang kondusif.






BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian makalah yang kami buat, dapat disimpulkan bahwa masing-masing siswa atau individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan perbedaan tersebut dapat menimbulkan masalah dalam belajarnya. Namun masalah-masalah tersebut dapat diatasi dengan cara memberikan bimbingan kepada para siswa sesuai dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa tersebut
Prosedur bimbingan belajar dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1. Identifikasi kasus;
2. Identifikasi masalah;
3. Diagnosis;
4. Prognosis;
5. Remedial atau referal (alih tangan kasus); dan
6. Evaluasi dan follow up.
Perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar antara lain :
1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah.
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.
4. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.
5. Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya.
6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.
Fungsi dari bimbingan belajar adalah :
1. Mencegah kemungkinan timbulnya masalah dalam belajar
2. Menyalurkan siswa sesuai dengan bakat dan minatnya sehingga dapat berkembang secara optimal;
3. Agar siswa dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar;
4. Perbaikan terhadap kondisi-kondisi yang mengganggu proses belajar siswa; da
5. Upaya untuk mempertahankan serta meningkatkan potensi belajar siswa.
Tujuan bimbingan belajar antara lain :
1. Tujuan secara umum
Secara umum, tujuan bimbingan belajar adalah agar tercapainya penyesuaian akademik siswa sehingga dapat mengembangkan potensinya secara optimal.
2. Tujuan secara khusus
Secara khusus, tujuan bimbingan belajar antara lain adalah sebagai berikut :
a. Siswa dapat mengenal, memahami, menerima, mengarahkan dan mengaktualisasi potensi yang ada pada dirinya secara optimal;
b. Mengembangkan berbagai ketrampilan belajar;
c. Memahami lingkungan pendidikan; dan
d. Mengembangkan suasana belajar yang kondusif.